Kunjungan Dirjen P2P Kemenkes Di Laboratorium BSL Nongkojajar
Impian memiliki laboratorium surveilans penyakit paling mutakhir di Indonesia tinggal selangkah lagi. Hal tersebut ditegaskan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Mohamad Subuh di sela-sela kunjungannya ke Rencana Gedung Pelayanan Laboratorium Surveilans P2P BBTKLPP Surabaya di Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan pada Jumat (10/03) lalu. Gedung laboratorium dengan standar BSL II plus satu-satunya di Indonesia itu rencananya akan rampung pada Mei tahun ini.
Dalam kunjungannya, Dirjen P2P memeriksa kesiapan setiap ruangan dalam gedung setinggi 4 lantai tersebut. Saat operasional, laboratorium mampu melakukan pemeriksaan surveilans faktor risiko kesehatan, analisis risiko kesehatan, dan uji laboratorium biomarker, parasitologi, bakteriologi, dan virologi. Dirjen P2P mengharapkan Gedung Pelayanan Laboratorium Surveilans P2P BBTKLPP Surabaya di Nongkojajar dapat menjadi monumen P2P Kemenkes. Untuk itu Dirjen berpesan supaya mencukupi kebutuhan sumber daya manusia yang terampil dan berkelas internasional. “Diperlukan sumberdaya manusia yang mumpuni dan dapat berbahasa Inggris karena ke depan jejaring kemitraan atau kerja berbasis intenational serta produk yang ada harus dalam 2 bahasa,” harap Beliau.
Kepala Bagian PI Sesditjen P2Psiti Nadia Tarmizi yang ikut dalam rombongan menggarisbawahi perlu adanya data dukung yang lengkap dan detail untuk memperoleh anggaran terkait pengadaan kendaraan khusus dan pengadaan tanah. ”Spesifikasi data dukung teknis harus disetujui Direktorat SKK dan P2PTVZ serta persetujuan pada Direktur Jenderal P2P,” ungkap Beliau.
Tak hanya laboratorium penyakit berstandar termutakhir, gedung dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran tentang pencegahan dan pengendalian penyakit dengan adanya museum dan ruang multimedia di lantai dasar. Tahun ini gedung akan dilengkapi balai diklat, workshop Teknologi Tepat Guna, guest house yang kini masih dalam tahap pembangunan.
Laboratorium Surveilans P2P memiliki standar laboratorium penyakit Bio Safety Level (BSL) II. Laboratorium surveilans dengan standar tersebut menjadi satu-satunya di 11 negara ASEAN bahkan di regional WHO – SEARO – sampai di India.
Laboratorium surveilans menjadi upaya nyata deteksi dini dan respon cepat penyakit berbasis laboratorium. Keberadaan Gedung Pelayanan Laboratorium Surveilans skala regional ini mampu melayani kebutuhan masyarakat pada diagnosis dan identifikasi faktor risiko penyakit DBD, Leptospirosis, serta penyakit yang menjadi perhatian Internasional (PHEIC) seperti penyakit Pes dan ZIKA. Terutama dalam pengendalian Penyakit Pes dapat memiliki kontribusi besar dalam eliminasi penyakit potensi wabah ini. Selain juga untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, serta mendukung pencapaian target nasional pencegahan dan pengendalian penyakit melalui penguatan surveilans epidemiologi.
Berita ini disiarkan oleh Instalasi Media Informasi Humas Laporan dan Perpustakaan BBTKLPP Surabaya. Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi BBTKLPP Surabaya melalui nomor (031) 3540189 atau 3540191 dan alamat email kontak humas@btklsby.go.id.
btklsby.go.id
@btklsby
@btklsby
share